Pemabahasan Meteri Kelas 6, Tema 8, subtema 3, pembelajaran 1

Dari planet Bumi, kita dapat merasakan manfaat sinar Matahari di siang hari dan Bulan pada malam hari. Bumi, Bulan, dan Matahari tidak dapat dipisahkan. Lengkapnya, mari membaca teks di bawah ini!

Sinar Matahari sangat terang, terutama di musim panas, Matahari adalah bola api yang sangat panas. Meskipun jarak antara Matahari dan Bumi sangat jauh, namun kita sudah dapat merasakan panasnya. Dapatkah kamu membayangkan panas keseluruhan dari Matahari?

Jika Matahari lebih dekat dengan kita sedikit saja, segala sesuatu di Bumi ini akan cepat layu dan kering hingga dapat berubah menjadi abu. Sebaliknya, jika Matahari sedikit lebih jauh, segala sesuatu yang ada di Bumi akan membeku. Dengan demikian, tidak akan ada kehidupan di Bumi ini.

Bumi dan Bulan saling tarik-menarik. Gravitasi Bulan mempengaruhi Bumi, hal inilah yang menyebabkan air laut mengalami pasang dan surut. Besar gaya gravitasi Bulan dan Bumi sudah teratur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi kita dari bencana. Efek pasang dan surut pada laut membuat atmosfer dan periode rotasi semakin rusak. Namun, jika gaya gravitasi lebih kecil, maka perubahan tidak langsung terjadi pada orbit dan menyebabkan ketidakstabilan iklim.
(diolah dari berbagai sumber)

Ayo Bacalah!

Ini adalah kisah tentang Giring, Ia seorang anak laki-laki berusia 10 tahun. Ia tinggal di pesisir pulau kecil bersama ayah, ibu, dan adik perempuannya yang berusia 2 tahun. Mereka hidup sederhana di rumah berbilik bambu dan beratap daun kelapa. Seperti umumnya masyarakat pesisir, ayah Giring menjadin nelayan untuk menghidupi keluarganya. Malam hari, ia berangkat melaut, pulangnya membawa ikan yang jumlahnya tak tentu. Ketika cuaca buruk dan ombak besar, kadang tak sampai sepuluh ikan tersangkut di jaringnya.

Karena belum pulang melaut, hampir tak pernah ayah ada di rumah ketika Giring bersiap untuk berangkat ke sekolah. Oleh karenanya, Giring harus bangun lebih pagi untuk membantu ibu menyiapkan dagangan kuenya. Untuk menambah uang belanja, ibunya membuat kue-kue yang dititipkan di beberapa warung. Sebelum fajar menyingsing, Giring pun harus memulai perjalanannya ke sekolah. Dingin angin pagi tak dihiraukannya. Satu jam dua puluh menit ia harus berjalan kaki ke sekolah. Memang belum banyak sekolah di pulau tempat tinggalnya, dan belum ada yang dekat dengan daerah pesisir. Ayah dan ibunya berpesan, Giring harus sekolah setinggi-tingginya. “Hanya dengan belajar di sekolah kamu kelak dapat menikmati hidup lebih baik dari sekarang” begitu pesan mereka. Giring menjalankannya dengan senang hati. Ia tak peduli dengan seragamnya yang lusuh termakan usia, tak peduli dengan ujung sepatunya yang menganga dan tak peduli dengan lelah kaki melangkah ke sekolah.

Giring pulang sekolah dan sampai di rumah menjelang sore. Ia masih harus membantu Ibu mengurus Gina, adiknya, seperti memandikan dan menemaninya bermain sementara ibu menyiapkan makan malam dan adonan kue untuk esok pagi. Setelah makan malam, baru Giring belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya. Hanya ditemani sinar temaram dari lampu teplok, Giring gigih melawan kantuk di hadapan buku pelajarannya. Ia meyakinkan diri, hanya dengan tekad belajar ia dapat mengubah nasib keluarganya. Ia meyakinkan diri, hanya dengan limpahan ilmu ia dapat bermanfaat bagi lingkungan.

Giring memang pantas dicontoh. Anak pesisir sederhana yang tak kenal menyerah. Tak hanya orang tuanya yang bangga. Ia pun beruntung tinggal di lingkungan sederhana namun saling peduli. Ketika ayahnya sakit tak dapat melaut, selalu ada tetangga yang datang memberikan tambahan lauk. Ketika ibunya sakit dan tak dapat membuat kue, selalu ada tetangga yang membantu menjaga Gina. Walaupun hidup tak kalah sederhana, mereka anggap Giring tak perlu diganggu di waktu sekolah. Giring harus dibantu untuk maju dalam mewujudkan cita-citanya.

Seperti halnya Bumi terhadap Matahari dan Bulan, sebagai manusia kita pun pasti memerlukan orang lain. Seperti cerita di atas.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Bagaimana kondisi tempat tinggal lokasi Giring dalam cerita di atas?
Mereka hidup sederhana di rumah berbilik bambu dan beratap daun kelapa.

2. Apa yang dilakukan Giring agar tetap dapat bersekolah?
Agar tetap bersekolah, Giring menjadi nelayan. Malam hari, ia berangkat melaut.

3. Mengapa dengan jarak dan kondisi yang jauh dari sekolah, Giring tetap ingin bersekolah?
Karena Giring harus sekolah setinggi-tingginya. dan dia percaya hanya dengan belajar di sekolah, kelak dia dapat menikmati hidup lebih baik dari sekarang.

4. Apa yang dilakukan warga sekitar kepada Giring?
Ketika ibunya sakit selalu ada tetangga yang membantu menjaga Gina. Ketika ayahnya sakit tak dapat melaut, selalu ada tetangga yang datang memberikan tambahan lauk.

5. Sebagai sesama pelajar, apa yang akan kamu lakukan untuknya?
Sebagai seorang pelajar saya akan mencontoh dan meneladani kegigihan dan kerja keras Giring.

6. Mengapa kamu melakukan hal itu? Jelaskan.
Pendidikan sangat penting untuk bekal masa depan.

8. Sikap apa yang patut dicontoh dari Giring ?
Sikap yang patut dicontoh dari Giring adalah tidak kenal menyerah dengan keadaan dan menjalani hidup dengan ikhlas.

Ayo Diskusikan
Setiap kelompok akan membuat naskah drama yang bertemakan sikap saling membutuhkan dan bersatu dalam keragamaan pada kehidupan masyarakat. Diskusikan dengan teman dalam kelompokmu. Saling membantu dan bekerjasamalah dalam kelompokmu, meskipun terdapat keragaman yang kamu temui!

Septo, Anton, dan Ruhut adalah tiga orang siswa sebuah sekolah yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Septo yang berasal dari jawa, Anton yang berasal dari maluku dan Ruhut yang berasal dari Sumatera Utara. Mereka berteman karena mereka duduk dalam kelas yang sama di sekolah. tersebut.

Masih dalam suasana istirahat, Anton tengah asik belajar membaca buku di dalam kelas. Kemudian, datanglah seorang teman yang gaya hidupnya cukup jauh berbeda dengan Anton yaitu Septo dan Ruhut. Mereka pun asik dalam pembicaraan.
Septo : Bert, dari tadi membaca terus, memangnya tidak bosan!
Anton : Yah, mau bagaimana lagi ini satu-satunya cara dapat membaca buku dengan gratis.
Ruhut : Tapi tidak mengorbankan waktu istirahatmu juga Bert.
Anton : Ya tidaklah..Kalau aku perhatikan kalian berdua bisa mendapatkan apa yang kalian inginkan. Aku berbeda dengan kalian.
Septo : Yah, bagaiman lagi. Apa yang aku inginkan selalu dipenuhi oleh kedua orang tuaku.
Ruhut : Saya juga. Kalau ingin apa saja tinggal minta ke Ayah atau Ibu.
Anton : Apa tidak ada keinginan untuk berbagi dengan mereka yang bernasib kurang baik daripada kalian?
Kedua anak (Septo dan Ruhut) sedikit berpikir mengenai perkataan yang baru saja dilontarkan oleh Anton. Ada benarnya juga bahwa tidak semua anak memiliki orang tua yang mampu memberikan apa yang mereka butuhkan.
Septo : Wah kata-katamu sungguh mengena Bert. Aku mulai berpikir bagaimana kalau kita mengumpulkan sisa uang jajan kita untuk membantu teman yang kurang mampu. Bagaimana menurutmu Pul?
Ruhut : Waduh, saya juga baru tersadar bahwa selama ini saya kurang peduli dengan keadaan teman kita yang nasibnya lebih buruk dengan kita.
Anton : Saya punya usul, bagaimana kalau kita menghubungi teman yang lain untuk menyisakan uang jajan mereka untuk membantu teman kita yang kurang beruntung.
Septo : Wah setuju sekali.
Ruhut : Ya, memang kita harus saling membantu. Mereka mungkin membutuhkan kita dan kita juga membutuhkan mereka.
Akhirnya ketiga anak tersebut bersepakat untuk mencoba menghubungi teman-teman mereka untuk peduli terhadap nasib teman dengan cara mengumpulkan uang sisa jajan mereka.

*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم