Kunci Jawaban Kitab Tematik Kelas 4 Tema 4 Halaman 4 Pembelajaran 1

Kunci Jawaban Buku Tematik Kelas 4 Tema 4 Halaman 4 Pembelajaran 1

Buatlah peta pikiran yang berisikan keterangan tentang pentingnya menjaga ekuilibrium alam dan kelestarian asal daya alam bagi manusia.

Diskusikan hasilnya dengan teman satu kelompokmu.

Banyak masyarakat yang menikmati teh. Akan tetapi, tahukah engkautentang proses pembuatan teh?

Amati gambar di bawah ini!

Untuk mengolah teh sebagai minuman, poly jenis pekerjaan yg terlibat. Ada penanam teh, pemetik teh, penggiling daun teh, dan pengemas teh.

Apa yg engkauketahui tentang jenis pekerjaan di sekitarmu? Bandingkan temuanmu menggunakan warta yang dimiliki temanmu!

Tulislah hasilnya pada diagram Venn. Diagram Vennmu wajibmemuat dua jenis pekerjaan, wilayah mereka bekerja, apa yg dikerjakan, hasil yg diperoleh, pengaruh dari pekerjaan mereka bagi rakyat dan pekerja.

Kembangkan diagram Vennmu pada bentuk goresan pena! Sampaikan hasilnya pada gurumu!

Untuk memasak teh menjadi minuman, poly jenis pekerjaan yang terlibat. Ada penanam teh, pemetik teh, penggiling daun teh & pengemas teh.

-Penanam teh bertugas menanam tanamanteh waktu perkebunan mulai ditanami.

-Pemetik teh bertugas memetik teh yang terdapat di kebun teh

-Pengolah teh bertugas memasak teh pada dalam pabrik

-Pengemas teh bertugas memasukan teh kedalam bungkus yg siap buat dijual.

Tanaman memberikan manfaat bagi insan. Jika tidak berhati-hati pada memanfaatkannnya flora akan punah. Manusia akan mengalami kesulitan. Oleh sebab itu, kita harus menjaga keberadaan tumbuhan menggunakan menanam pulang dan menjaga lingkungannya.

Bacalah teks berikut pada hati!

Taman Bermain yg Hilang

Malam hari merupakan malam yg dinantikan sang Kupi, kepiting mini. Ia menikmati saat-saat berjalan pelahan di gundukan pasir beserta ayahnya. Mereka menanti datangnya air pasang, yang akan membawa mereka ke dunia yg tidak sinkron. Ya, Kupi selalu menanti saat-saat mereka terempas oleh air pasang, kemudian tiba pada hutan bakau. Nanti pada sana beliau niscaya akan bertemu dengan sahabat-sahabat kecilnya yang lain. Upi si udang kecil, Kuro si kura-kura, & teman-sahabat yg lebih akbar seperti Bangau Cilik & Momo si simpanse. Di antara akar bakau mereka sanggup bermain kejarkejaran, petak umpet, atau tidur di sela akar yg melintang. Seru sekali waktu-ketika itu.

Adakalanya mereka berpisah, terbawa oleh pasang surut, balikke laut bebas. Namun, suatu hari mereka bertemu lagi dan bermain bersam lagi. Suasana pada hutan bakau tentu tidak selaras menggunakan suasana di laut lepas. Airnya pun berbeda. Tidak asin seperti air laut, tetapi tidak jua tawar. Kupi tidak tahu apa namanya. Berbeda, tetapi Kupi dan sahabat-teman tetap mampu bermain dengan nyaman.

Malam itu, pada pesisir pantai, Kupi bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa kita nir lagi pernah bisa bertemu menggunakan Bangau Putih, teman ayah? Aku jua telah rindu bertemu menggunakan sahabat-sahabat kecilku. Aku sudah usang sekali tidak bertemu dengan Upi, Kuro, Bangau Cilik, & Momo. Mengapa sekarang susah sekali kita bertemu dengan mereka ya?”

Sambil berjalan pelan di gundukan pasir, ayah Kupi menyebutkan pelahan. “Kupi, sayang sekali hutan bakau tempatmu bermain telah rusak. Ayah dengar dari Paman Nelayan, insan di pesisir pantai sana ingin membuat bangunan-bangunan yang tinggi menjulang. Mereka butuh lahan yg luas. Mereka menebang habis hutan bakau. Mereka menciptakan gedung tinggi menjulang ke langit pada atas taman bermainmu itu.” Ayah menjelaskan pelahan. Sesungguhnya ia nir ingin Kupi murung , namun bagaimana lagi? Ayah nir ingin Kupi terus menanti tanpa kepastian.

Kupi tertunduk sedih. Pupus telah harapannya bertemu lagi dengan sahabat- teman kecilnya.

“Mengapa manusia begitu jahat, Ayah? Mengapa manusia nir memikirkan kita, makhluk kecil pada pesisir pantai? Mengapa manusia hanya memikirkan dirinya sendiri?” Kupi meratap pelan, namun penuh amarah.

Ayah ingin menenangkan hati Kupi. Ia menambahkan, “Sebenarnya, saat hutan bakau tempatmu bermain ditebang, insan pun menerima dampak buruknya, Kupi. Air bahari akan semakin gampang mencapai daratan. Tidak terdapat lagi pohon bakau yg menahan. Lama-kelamaan, air tanah pada kurang lebih pantai akan sebagai air asin. Manusia ‘kan tidak sanggup minum air asin, Kupi.” Ayah berusaha menyebutkan panjang lebar.

Ayah lalu menambahkan. “Dengan rusaknya pantai dampak penebangan bakau, aktivitas insan pun menjadi terganggu. Sekarang wisatawan yang berkunjung ke pantai ini semakin berkurang. Para pedagang yg dulu berjualan pada lebih kurang sini tidak terdapat lagi. Pemandu wisata yang biasa menyebutkan mengenai estetika pantai & hijaunya bakau pun sudah sporadis terlihat. Nelayan yg biasa menjual output tangkapan mereka pun tinggal sedikit.”

Kupi tidak terhibur oleh penerangan ayah. Pikirnya, biarkan saja insan mendapat akibat dari perbuatannya sendiri. Manusia memang acapkali tidak bijak. Kupi hanya ingin berdoa semoga suatu ketika nanti hutan bakau akan balik . Semoga suatu saat nanti terdapat lagi taman tempatnya bermain. Semoga suatu ketika nanti dia masih mampu bertemu menggunakan teman-teman kecilnya. Kupi hanya bisa berdoa, semoga kelak manusia bisa bertindak lebih bijaksana. Semoga!

*

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post